Penulis Hebat, Motivator Dahsyat

“Syarat untuk bisa menulis itu cuma satu ...,”

masih menancap kuat di korteks serebral otakku ucapan Baban Sarbana

suatu sore di Sekolah Alam Bogor nan asri,

“yaitu SENANG BERBAGI!



Ucapan yang sangat membahagiakanku, menguatkan keyakinanku bahwa menulis itu mudah, menulis itu ibadah dan sudah seharusnyalah sebanyak mungkin orang di dunia digairahkan untuk senang menulis.



Pulang dari sana, langsung kujelajahi belantara internet untuk menemukan pelatihan penulisan on line dan berjumpalah aku secara virtual dengan Bang Jonru sang mentor yang semangatnya menyala-nyala, yang gairah menulisnya membias dari tiap kata yang ditulisnya.

Oya, perkenalkan. Namaku Galuh Chrysanti. Usiaku 34, ibu rumah tangga dengan dua balita. Senang menulis sejak kecil dan juga sangat menikmati memotivasi orang lain ke arah kebaikan. Ketika ternyata dua hobiku ini bisa disatukan, waah, senangnya bukan kepalang.

Betapa besar hutang budiku pada mereka yang tulisannya kubaca, yang menaikkan semangatku di kala redup, menginspirasi ketika minim ide, membuatku tertawa, terharu, membuatku belajar tentang kehidupan hanya dengan duduk membaca, dan diatas segalanya, semakin mengenal Dia yang mencipta.



Kubayangkan, betapa besar amal sholeh yang mereka terima, amal sholeh yang berumur panjang karena pahalanya insya Allah kan terus mengalir selama karya mereka dibaca dan diamalkan. Uugh, ibarat MLM, berarti yang juga berhak mendapat kebaikan dari amal para penulis itu adalah para motivator di balik para penulis itu dong, ya?



Para motivator inilah yang awalnya membuat kebaikan ini dapat terus disebarkan. Melambungkan keyakinan yang selama ini mengakar kokoh di hatiku, bahwa kebaikan itu harus selalu disebarkan, diteruskan, dibagi, dialirkan tiada henti.



Bahwa ‘kalau cuma’ bisa menulis itu mudah dan bahwa semua orang bisa menulis sama sekali bukan omong kosong, aku sendiri sudah membuktikannya. Ceritanya begini ....



Bayangkanlah sebuah sekolah taman kanak-kanak nun jauh di Kota Minyak Balikpapan. Jabalussalam namanya. Lebih tepat sebetulnya disebut ‘syurga’nya anak-anak. Karena sungguh, cita-cita sekolah itu adalah membuat anak-anak bergembira ketika belajar, berbahagia ketika mengenal Rabb mereka.



Guru-gurunya ... hmm, hatiku sungguh menghangat ketika mengingat guru-gurunya. Para guru tersebut insya Allah sangat meyakini bahwa segala aktivitas di sekolah itu adalah sajadah panjang mereka yang berujung pada perjumpaan nan indah dengan Allah swt kelak.

Suasananya sangat ceria. Anak-anak yang menangis-mungkin karena malu atau karena rindu pada orangtua mereka yang tidak boleh menunggui- akan dihadiahi belaian cinta dan pelukan hangat oleh guru-guru penyayang.



Anak-anak diajak bermain, bersenang-senang di alam terbuka, tadabur, berzikir, mengenal Allah dengan segala kebesaranNya. Oooh, alangkah sayangnya, alangkah sayangnya jika ini semua tidak terdokumentasikan. Kebahagiaan ini harus dibagikan, keindahan ini harus diceritakan pada dunia.



Aku yang waktu itu diamanahi sebagai kepala sekolah di sana pun tak tahan untuk tidak menyemangati para guru agar segera menuliskan pengalaman mereka dan kemudian mengumpulkannya menjadi sebuah buku.



Oya, latar belakang pendidikan sama sekali bukan alasan untuk merasa tidak mampu menulis. Waktu itu dari kami bertigabelas, hanya tiga yang sarjana. Kemampuan awal menulis itu seperti kata Bang Jonru, lebih merupakan “default factory setting” kita. Untuk lebih jelasnya, coba klik di http://www.penulishebat.com/ .



Aku sendiri sangat yakin pada potensi para guru, apalagi yang akan mereka tulis adalah pengalaman sendiri. Kalau saja hati mereka bisa memegang pena dan menulis sendiri, tentulah sudah berlembar-lembar tulisan yang mereka hasilkan karena melimpahnya kekayaan pengalaman batin mereka dalam mengajar.



Hasilnya, terkumpullah 43 tulisan hanya dalam waktu satu minggu. Bahkan semangat menulis ini juga berkobar dikalangan orangtua murid yang akhirnya ikut menyumbang 14 tulisan. Luar biasa sekali bukan kekuatan sebuah keyakinan? . Satu bulan kemudian, “Pelangi di Jabalussalam” pun naik cetak 400 eksemplar dengan menuai respon pembaca yang menggembirakan hati.



Kini –setahun lebih berselang—dengan haru kubaca tulisan teman-teman guru di Balikpapan lewat status maupun notes facebook mereka yang semakin lama semakin indah, semakin kaya, semakin bermakna.



Sebelum menggagas buku “Pelangi di Jabalussalam”, bersama teman-teman guru di beberapa sekolah di Balikpapan aku ikut mendirikan KPBA Cinta Pena (Kelompok Pecinta Buku dan Anak Cinta Pena). Kami mengadakan pertemuan satu bulan sekali untuk saling memotivasi menulis, membedah buku, mengadakan workshop penulisan, dan lain-lain. Sayang sekali mungkin karena kurang diprioritaskan, kegiatan positif ini sekarang mati suri. Padahal manfaatnya sangat banyak. Aah, betapa indahnya jika terbentuk pula KPBA-KPBA di daerah lain untuk memfasilitasi peningkatan kemampuan membaca dan menulis para guru di seantero penjuru nusantara.



Kalau boleh, ingin kutitip pesan untuk saudaraku para pahlawan tanpa tanda jasa ini. Jika menulis adalah sebuah kewajiban dari Ilahi, maka para gurulah seharusnya yang pertama mengemban amanat ini. Para guru adalah kunci utama perubahan kebaikan di suatu negeri. Menulis akan menyebarkan kebaikan-kebaikan yang mereka miliki ke seluruh pelosok negeri.



Menulis itu mencerdaskan, menajamkan hati, meningkatkan kepercayaan diri. Dan percayalah, menulis itu mudah. Kuncinya seperti kata Kang Baban Sarbana cuma satu : senang berbagi. Dan bukankah kunci sederhana ini pastilah sudah mutlak dimiliki oleh setiap insan guru? Nah, untuk mengembangkan ketrampilan teknisnya, ikuti trik jitu Bang Jonru di “Rahasia Terbesar Penulisan” dengan membuka account di sekolah menulis online-nya di http://www.SekolahMenulisOnline.com/ . Trik yang super ampuh! Segera buktikan sendiri!



Kini, telah dua tahun aku pindah ke Bogor. Semua peristiwa di atas terjadi sebelum aku membaca tulisan Bang Jonru, sang mentor SMO (Sekolah Menulis Online) dari layar internet di kamarku. Ketika satu demi satu emailnya kubaca lewat kursus menulis gratis 9 minggu-nya, rasanya ingin ku menangis. Rinduku pada guru-guru Jabalussalam di Balikpapan menyesak di dada, membuat air mata hati tiada berhenti berderai. Rinduku pada KPBA Cinta Pena .... Aah, alangkah sayangnya jika mereka di sana tidak ikut menikmati tulisan-tulisan ini. Kuingin terbang ke Bumi Borneo, berada bersama mereka untuk membedah tulisan-tulisan Bang Jonru kemudian siap mengamalkannya, menggoreskan pena, menarikan jari di atas keyboard pc, menulis, berkarya, bergerak bersama thawafnya alam semesta dalam rangka zikirnya pada Allah.



Menulis itu mudah. Namun untuk menjadi penulis hebat adalah sebuah perjuangan. Bacalah promo buku “Cara Dashyat Menjadi Penulis Hebat” di http://www.penulishebat.com/ dan jumpai covernya yang atraktif di http://www.penulishebat.com/images/cover_penulishebat.jpg . Saya juga sangat merekomendasikan Anda untuk ikut bergabung di di fan page –nya di http://www.facebook.com/penulishebat atau http://www.twitter.com/penulishebat , Anda akan terpesona oleh pandangan baru bahwa penulis hebat bukan diukur dari banyaknya karya yang dihasilkan. Penulis hebat adalah pembuktian karakter, percaya diri, motivasi tinggi, semangat yang tak pernah padam dan pantang menyerah.



Menjadi penulis hebat seperti dijelaskan dengan jernihnya oleh Bang Jonru adalah cita-citaku, impianku, tujuan setiap gerak langkahku. Karena dengan menjadi penulis hebat, insya Allah aku dapat meniti jalan menuju motivator dashyat lewat tulisan-tulisanku, lewat buku-bukuku.



Saat ini kuhujamkan jauh ke hatiku yang terdalam, dan semoga terbangkitkan juga mereka yang membaca tulisan ini :



“Wahai diri, menulislah, karena menulis itu rahmat.

Bekerjakeraslah engkau untuk dapat menjadi penulis hebat.

Karena penulis hebat adalah jalan menjadi motivator dashyat.

Bisa menggerakkan ribuan orang untuk ikut menjadi hebat, melintasi ruang, menembus jaman.

Karena membuat orang lain menjadi hebat adalah kebahagiaan terbesar.

Dengan tulisanmu, ajaklah orang lain untuk merindukan syurga dengan berbagai cara.

Bayangkanlah wahai ruh,

Betapa indahnya jika kelak berkumpul di syurga, dengan teman-teman yang –atas ijin Allah—

ikut menjadi hebat di dunia karena membaca tulisanmu.

Allahlah pemilik segala kebesaran, jadikan dirimu jalan rahmatNya untuk semesta.

Maka, dengan ini kutantang mereka yang masih juga meragukan bahwa menulis itu mudah. Sama seperti tantangan yang kuberikan pada mereka yang masih juga mempertanyakan bahwa Allah Maha Penyayang, Maha memudahkan segala cita-cita baik kita. Dengan segenap ikhtiar, Ialah yang akan memudahkan tercapainya keinginan yang membuncah ini untuk menjadi penulis hebat, Insya Allah.

Tulislah kebaikan apa saja. Latihlah pikiran kita, hati kita, rasa kita dalam jalinan kata. Setiap hari, setiap saat, sempatkan dan jangan tunda lagi. Goreskan idemu di kertas, di keyboard hp atau komputer. Dan nantikan kejutan manis dari Allah ketika suatu hari kita dilejitkanNya dalam sebuah karya yang bermanfaat bagi orang banyak, yang meneruskan kebaikan bahkan ketika kita sudah tak lagi menghuni dunia yang fana ini.



Mari terus kepalkan tangan teman-teman, semangat dan terus beramal. Ucapkanlah : Allahu Akbar, bil JIDDI !

2 Response to "Penulis Hebat, Motivator Dahsyat"

zoen mengatakan...

betul..betul..betul..betul..betuul....Allahu Akbar

Unknown mengatakan...

Daftarkan diri anda dan bergabung bersama kami sekarang juga di VipjudiQQ
cukup dengan 1 ID bisa merasakan 7 permainan sekaligus lohhhh...
rasakan sensasi fairplay 100% player vs player no BOT's no ADMIN !

Posting Komentar